Profil Desa Wonosari
Ketahui informasi secara rinci Desa Wonosari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wonosari, Kalikajar, Wonosobo. Mengupas perannya sebagai sentra agribisnis tembakau dan lumbung hortikultura, serta geliat industri rumahan anyaman bambu yang menjadi penopang ekonomi kreatif masyarakat di lereng gunung.
-
Sentra Utama Tembakau Wonosobo
Desa Wonosari merupakan salah satu pusat utama budidaya tembakau berkualitas tinggi di Wonosobo, sebuah komoditas musiman yang menjadi andalan utama dan penggerak ekonomi desa.
-
Lumbung Hortikultura Produktif
Di luar musim tembakau, lahan subur desa ini dimanfaatkan secara intensif untuk budidaya aneka sayuran (hortikultura), yang berfungsi sebagai penopang ketahanan ekonomi sepanjang tahun.
-
Basis Kerajinan Anyaman Bambu
Desa ini menjadi kantong produksi kerajinan anyaman bambu tradisional, seperti tampah dan besek, sebuah industri kreatif rumahan yang memberikan nilai tambah ekonomi dan melestarikan warisan keterampilan.
Di ketinggian Kecamatan Kalikajar yang sejuk, Desa Wonosari menyajikan potret kehidupan agraris yang dinamis dan penuh perhitungan. Desa ini dikenal luas sebagai salah satu lumbung utama tembakau berkualitas di Kabupaten Wonosobo, sebuah komoditas primadona yang aromanya menjadi penanda kemakmuran saat musim panen tiba. Namun denyut ekonomi Wonosari tidak berhenti di situ. Di sela-sela siklus pertanian yang menantang, tangan-tangan terampil warganya juga menganyam bilah-bilah bambu, menciptakan produk kerajinan yang fungsional dan menopang ekonomi keluarga. Inilah kisah tentang sebuah desa yang hidup dari kesuburan tanah dan ketekunan dalam merawat warisan.
Tembakau: Emas Hijau di Lereng Gunung
Identitas utama dan pilar ekonomi paling vital bagi Desa Wonosari adalah agribisnis tembakau. Berada pada elevasi dan iklim yang ideal, lahan-lahan di desa ini mampu menghasilkan daun tembakau dengan kualitas aroma dan rasa yang sangat dihargai oleh industri rokok kretek nasional. Budidaya tembakau merupakan sebuah siklus agraris yang membutuhkan modal, tenaga dan pengetahuan yang intensif.Mulai dari persemaian, penanaman, perawatan, hingga proses panen dan perajangan yang rumit, seluruh tahapan dilakukan dengan ketelitian tinggi oleh para petani. Saat musim panen dan pengeringan tiba, aroma khas tembakau yang sedang dijemur akan menyelimuti seluruh penjuru desa. Bagi masyarakat Wonosari, musim tembakau adalah pertaruhan besar yang menjanjikan keuntungan signifikan, yang hasilnya seringkali digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan besar seperti membangun rumah, biaya pendidikan, dan investasi lainnya.
Hortikultura: Penjaga Stabilitas Ekonomi
Mengingat budidaya tembakau bersifat sangat musiman, para petani di Desa Wonosari menerapkan strategi pertanian yang cerdas untuk menjaga stabilitas ekonomi sepanjang tahun. Di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan yang subur tidak dibiarkan menganggur. Lahan tersebut dimanfaatkan secara intensif untuk menanam berbagai komoditas hortikultura.Sayur-sayuran seperti kubis, sawi, kentang, dan cabai menjadi pilihan utama. Pertanian hortikultura ini berfungsi sebagai jaring pengaman ekonomi, memberikan pendapatan rutin bagi para petani untuk memenuhi kebutuhan harian. Pola tumpang gilir antara tembakau dan sayuran ini menunjukkan kearifan lokal dalam mengoptimalkan lahan dan memitigasi risiko, memastikan bahwa dapur keluarga tetap "mengepul" sepanjang tahun.
Kerajinan Anyaman Bambu: Kreativitas di Sela Pertanian
Di luar dua pilar pertanian utama, Desa Wonosari juga menyimpan potensi ekonomi kreatif yang unik, yaitu industri kerajinan anyaman bambu. Di banyak rumah, terutama di kalangan kaum ibu dan para orang tua, waktu luang di sela-sela kesibukan bertani dimanfaatkan untuk menganyam bambu menjadi produk-produk rumah tangga yang fungsional.Produk utama yang dihasilkan antara lain adalah tampah (nampan bambu bundar), besek (wadah makanan berbentuk kotak), dan berbagai jenis keranjang lainnya. Meskipun terlihat sederhana, kerajinan ini membutuhkan ketelatenan dan keahlian khusus. Industri rumahan ini memberikan sumber pendapatan tambahan yang penting bagi keluarga, memberdayakan perempuan, sekaligus melestarikan sebuah keterampilan tradisional yang bernilai budaya.
Data Wilayah dan Komunitas Agraris
Desa Wonosari secara administratif berlokasi di Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Luas wilayahnya tercatat sekitar 215 hektare. Berdasarkan data kependudukan per 15 September 2025, desa ini dihuni oleh 4.850 jiwa. Tingkat kepadatan penduduknya mencapai 2.256 jiwa per kilometer persegi. Masyarakatnya merupakan komunitas agraris yang ulet, pekerja keras, dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan siklus pertanian yang menantang serta mendiversifikasi sumber pendapatan mereka.
Visi Masa Depan: Pertanian Modern dan Penguatan Ekonomi Kreatif
Menatap ke depan, Desa Wonosari memiliki visi untuk meningkatkan nilai tambah dari ketiga sektor unggulannya. Tantangan yang dihadapi antara lain adalah fluktuasi harga tembakau yang sangat dipengaruhi oleh industri besar, dampak perubahan iklim terhadap pola tanam, dan persaingan produk kerajinan dengan barang-barang pabrikan.Beberapa strategi pengembangan yang dapat menjadi fokus adalah:
Praktik Pertanian Baik (Good Agricultural Practices): Menerapkan teknik budidaya tembakau dan sayuran yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Penguatan Nilai Jual Kerajinan: Melakukan inovasi desain pada produk anyaman bambu dan membangun merek kolektif untuk meningkatkan daya saing serta menjangkau pasar yang lebih luas, seperti toko oleh-oleh atau pasar produk ramah lingkungan.
Pengembangan Agrowisata Musiman: Menciptakan paket wisata singkat saat musim panen tembakau, di mana pengunjung dapat melihat langsung proses perajangan dan pengeringan tembakau yang unik sebagai sebuah pengalaman budaya.
Pada akhirnya, Desa Wonosari adalah cerminan dari kehidupan di lereng gunung yang penuh dinamika. Dengan mengandalkan tembakau sebagai lokomotif ekonomi, sayuran sebagai penjamin stabilitas, dan kerajinan sebagai wujud kreativitas, masyarakat Wonosari terus bergerak maju, membuktikan bahwa dari tanah yang subur dan tangan yang terampil, kesejahteraan dapat terus diraih.